Senin, 30 Januari 2012

[ Day 3 ] Green School

Penulis : Emmy Zulfanida


Green School di Bali ini didirikan oleh seorang pengusaha perhiasan asal Kanada bernama John Hardy yang telah lama tinggal di Bali. Menurut Mbak Ami – tour guide kami selama di Green School yang juga sudah terlibat dalam proyek ini sejak masih direncanakan – John merasa prihatin dengan alam yang semakin rusak, sehingga ia memutuskan untuk menjual saham perusahaannya dan membuat sekolah yang berbasis lingkungan di Bali.



Lokasi Green School ini berada 30 km dari Denpasar, tepatnya di desa Sibang Kaja, Badung. Berbeda dengan Green School yang ada di negara lain, John membuat Green School ini dengan menggunakan bambu sebagai struktur utamanya dan rumput alang-alang sebagai penutup atapnya. Hampir semua ruangan dalam bangunan dibuat tanpa dinding, kecuali kantor pengelola yang  dinding dan jendelanya memakai bilah bambu. Menurut John, struktur bambu pada dasarnya adalah struktur ”rangka-batang” yang lebih luwes dan artistik dalam mengikuti alur maupun bentuk arsitektur, bagaikan liukan penari Bali yang gemulai.





John juga mendirikan PT. Bambu yang membuat dan mengembangkan furnitur dan produk dari bambu yang dapat kita lihat di Green School, mulai dari meja, kursi, lemari hingga partisi pintu semuanya terbuat dari bambu. Tidak hanya menguntungkan bagi John, PT. Bambu juga menguntungkan penduduk sekitar, karena pihak sekolah memberikan bibit-bibit bambu terbaik dari belahan dunia secara cuma-cuma pada penduduk untuk di tanam dan nantinya akan dibeli kembali oleh Green School.








Konsep sekolah ini adalah “Connected With Nature” sehingga mengunakan konsep yang ramah lingkungan. Pendingin udaranya tidak lagi memakai Ac, melainkan kincir angin melalui terowongan bawah tanah. Tenaga listiknya menggunakan panel surya yang dapat dilihat di sekitar bangunan utama sekolah yang bernama “Heart of School” yang terdiri dari 3 lantai. Sekolah ini juga menggunakan  bio-gas yang terbuat dari kotoran hewan untuk menyalakan kompor. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus peternakan sapi dan hewan-hewan lain. Ditambah lagi arena olahraga, laboratorium, perpustakaan, dll. Murid-muridnya pun belajar berinteraksi dengan alam melalui beternak dan bercocok tanam.







Hal unik lainnya dari sekolah ini adalah toiletnya. Toilet di Green School tidak seperti toilet biasa, mereka tidak menggunakan air air untuk BAB, namun menggunakan sabut kelapa yang dicampur dengan ampas bambu, pasir dan bahan lainnya. Hal ini untuk menghemat air dan mendaur ulang kotoran tadi agar menjadi pupuk.



Di kawasan sekolah ini terdapat suatu kawasan yang sengaja di kosongkan dan ditandai dengan adanya sebuah batu dari Brazil. Kawasan tersebut digunakan sebagai tempat meditasi dan yoga karena dipercaya memiliki energi positif.



Di sekolah ini juga tersedia asrama bagi para murid yang baru dibuka pada agustus 2011. Sebelum asrama tersebut ada, para murid beserta orangtuanya tinggal di daerah sekitar Green School, namun sebagian besar tinggal di Ubud. Sedangkan beberapa anak yang orangtuanya tidak dapat pindah ke Bali, mereka tinggal bersama orangtua asuh(homestay). Di sini juga terdapat fasilitas wi-fi yang dapat digunakan orang tua murid untuk bekerja.

Untuk ujian dan kurikulumnya Green School menggunakan standar dari Cambridge University. Saat ini terdapat 118 siswa dari 20 negara, 20% di antaranya adalah anak-anak Bali yang mendapatkan beasiswa dari donor. Anak-anak Bali ini mendapatkan keuntungan merasakan pendidikan internasional, sedangkan anak-anak dari negara lain mendapat pengalaman berinteraksi dengan budaya Bali melalui mereka. Level kelas yang tersedia di Green School adalah mulai dari pra taman kanak-kanak sampai kelas 11. Green School berencana menambah kelas 12 tahun ini. Di sini mereka tidak hanya belajar pelajaran umum saja, namun juga Green Study(beternak, bercocok tanam) dan juga Creative Art  yaitu mempelajari budaya Bali dan juga Nusantara.

Biaya untuk bersekolah di sini tergolong cukup mahal, yaitu sekitar US$ 10.000 per tahun yang selain digunakan untuk perawatan bangunan, juga untuk memberi beasiswa pada masyarakat Bali yang ingin bersekolah di Green School. Selain itu juga terdapat donatur-donatur yang ikut membiayai sekolah ini yang namanya terukir di tiang-tiang bambu sekolah.



Dengan adanya sekolah seperti ini, diharapkan generasi penerus bangsa tidak akan merusak alam. Karena meraka telah diajari mencintai alam sejak dini. Alangkah baiknya jika pemerintah Indonesia  juga mendirikan banyak sekolah seperti ini.



sumber referensi :
catatan pribadi
http://mas-zacky.blogspot.com/2011/12/green-school-bali.html
http://www.bincangedukasi.com/green-school-bali.html
http://cebongnews.blogspot.com/2011/04/green-school-sekolah-hijau-di-bali-yang.html
http://wiedesignarch.blogspot.com/2011/05/green-school-bali-arsitektur.html
            

1 komentar: