Penulis : Muhammad Furqan
Surabaya , 15
januari 2012
Dari Museum
House of Sampoerna sekitar pukul 11.45 wib kami berangkat menuju Rumah Rusun
Urip Sumoharjo untuk melakukan studi tentang Rumah Susun yang ada di Surabaya .
Untuk lebih jelasnya silakan baca artikel dibawah ini .
Obyek studi adalah di rumah susun Urip
Sumoharjo di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegalsari Surabaya. Lokasi sangat
mudah di jangkau karena bangunan ini terletak di tengah kota surabaya. Rusun
Urip Sumoharjo berada di perkampungan padat penduduk sehingga bangunan ini
sangat menojol di banding dengan bangunan-bangunan di sampingnya. Tetapi tidak
jauh rusun ini banyak dijumpai bangunan-bangunan tinggi yang tentu saja
menimbulkan efek bagi penghuni rumah susun itu. Tetapi lokasi yang strategis di
tengah kota memberikan nilai tersendiri bagi penghuni rumah susun Urip
Sumoharjo.
Spesifikasi
Objek Study
Rumah
susun Urip Sumoharjo berada di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegalsari
Surabaya. Rumah susun ini terletak di area seluas 2000 m2, terdiri dari 3 Blok
(A,B dan C), dimana masing masing blok terdiri :
a. Ketinggian bangunan 4 lantai.
a. Ketinggian bangunan 4 lantai.
b.
Tiap lantai terdiri dari 10 unit hunian dengan ukuran 3mx 6m, ditambah 2mx 0.8
m berupa balkon belakang, dan selasar depan selebar 1,5
m.
c.
Total unit hunian : 120 unit; namun yang dipakai sebagai hunian murni hanya 115
unit, karena 5 unit yang lain dipakai sebagai
fasilitas umum bersama.
Fasilitas Umum / Penunjang yang tersedia:
a. Mushola dan TPA : 1 unit berada di lantai 1
b. Balai RW : 1 unit terletak di lantai 1
c. Ruang serbaguna : 3 unit di lantai 1
d. Pos Jaga
e. Ruang Karang Taruna (swadaya warga)
f. Parkir motor dan mobil yang dikelola oleh Karang Taruna
Fasilitas Umum / Penunjang yang tersedia:
a. Mushola dan TPA : 1 unit berada di lantai 1
b. Balai RW : 1 unit terletak di lantai 1
c. Ruang serbaguna : 3 unit di lantai 1
d. Pos Jaga
e. Ruang Karang Taruna (swadaya warga)
f. Parkir motor dan mobil yang dikelola oleh Karang Taruna
Sejarah Objek Studi
Pada mulanya wilayah tempat
berdirinya rusun ini merupakan kawasan perkampungan yang padat dan rapat.
Sejarah rusun berlokasi di area central kota pahlawan ini, dimulai ketika api
yang bersumber dari kebakaran Horizon Supermarket merembet serta membumi
hanguskan sebagian pemukiman warga disebelah barat pusat perbelanjaan tersebut,
tepatnya di kawasan Jln Urip Simoharjo pada tanggal 26 Agustus 1982. Saat itu
sekitar pukul 15.30 WIB, api yang berasal dari lantai-2 Horizon Supermarket
berkobar begitu cepat. Serta merta sebisa mungkin warga berusaha untuk
menyelamatkan harta benda mereka, dan menghalau si-jago merah yang mengamuk
membabi buta kesegala arah. Akibat kejadian tersebut ratusan warga yang menjadi
korban, harus rela kehilangan tempat tinggal mereka yang tak disangka untuk
selamanya, sekitar 83 rumah di tempat itu hangus terbakar.
Pasalnya, selain tidak adanya suatu penyelesaian dari pihak Horizon, yang seharusnya bertanggung jawab atas kebakaran tersebut. Pemerintah juga tidak mengijinkan warga, walaupun dengan biaya sendiri untuk membangun kembali rumah mereka yang telah rata dengan tanah. Kedaulatan yang tidak lagi berada ditangan rakyat, menjadikan para pemimpin makin manja dengan persoalan segala persoalan yang terjadi. Masyarakat yang dihantui akhirnya keder dengan ancaman-ancaman dari aparat terkait mengenai status mereka yang dianggap penganut paham Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memang pada saat itu selalu dikambing hitamkan oleh pemerintah, menganggap dirinya-lah paling benar.
Dengan dalih untuk pembangunan,
pemerintah mengkonsep pembangunan rusun yang pertama, diatas tanah warga
sendiri, sebagai tempat tinggal mereka nantinya. Selama kurun waktu tiga tahun,
warga diungsikan ke makam Kecacil Pandegiling (saat ini Puskesmas), menunggu
terselesaikannya pembangunan rusun. “Makam kuno yang tak terawat” itulah
anggapan orang pada waktu itu. Seperti mencabut rumput liar, batu-batu
nisan.Sebagai tanda pengenal pada makam-makam yang ada-pun menjadi sasaran
utama pembersihan.
Setelah diplester semen komplek
pekuburan akhirnya tampak rata. Ditambah dengan dibangunnya 3 barak dari
sumbangan 5 juta rupiah dari pemerintah, makam-pun siap menjadi lokasi
pengungsian ala-Indonesia untuk menampung warga. Banyak warga saat itu memilih
tinggal sementara waktu ditempat sanak saudara mereka ataupun lebih memilih
untuk sewa rumah sendiri, walaupun dengan dana pribadi, dengan alasan keamanan
ataupun dikarenakan lokasi makam yang terkesan angker. Selama sekitar tiga
tahun berada dilokasi pengungsian makam kecacil, warga dengan sabar menunggu
terselesaikannya pembangunan rumah susun (rusun) yang telah dijanjikan oleh
pemerintah sebelumnya, sambil tetap menjalankan aktivitas sehari-hari.
Berdirinya rusun Urip Sumoharjo pada tahun 1985 atas kerjasama Pemkot Surabaya
dengan PT Barata akhirnya menjawab janji pemerintah untuk menyediakan sarana
tempat tinggal bagi warga.
Namun sekali lagi warga kembali
menelan ludah kekecewaan.Rumah yang mereka idam-idamkan selama ini ternyata
jauh dari harapan. Diresmikan oleh Hj Wijaya, pada waktu itu menjabat sebagai
Walikota Surabaya. Gedung rusun lebih mirip lokasi penampungan daripada hunian masyarakat
normal pada umumnya, dengan struktur dari rangka besi terbuka untuk bangunan.
Pembangunan rusun yang perancangannya dikerjakan secara asal itu-pun, dalam
tempo waktu kurang dari 20t ahun akhirnya mengalami kekeroposan serta erosi
pada pilar-pilar penyangganya. Dikarenakan keresahan warga terhadap kondisi
bangunan yang setiap saat bisa mengancam jiwa penduduk, warga kemudian
mengajukan permohonan kepada pihak pemerintahan kota, untuk merenovasi bangunan
rusun.
Pengajuan permohonan warga melalui
proporsal mendapat respon positif dari pemerintah kota. Dengan hasil survei
yang menerangkan bahwa bangunan rusun memang sudah tidak layak, serta tidak
bisa dilakukan renovasi (tambal sulam) bangunan. Rusun akhirnya diputuskan
untuk dibangun ulang, dengan biaya APBN yang dianggarkan melalui APBD sebesar
10 Milyard rupiah.Eksisting bangunan Rumah Susun Urip Sumoharjo, materialnya
mengalami penurunan kualitas setelah 19 tahun berdiri Pada tahun 2003, warga
kembali direlokasi demi pembaharuan rusun untuk kedua kalinya, selama 2 tahun.
Dengan dana konspensasi dari
pemerintah sebesar 8 juta per-lokal-gedung (ruangan) pada rusun. Total
keseluruhan 145 lokal-gedung, termaksud mushola maupun gedung serbaguna yang
turut mendapat konspensasi dari warga. Pasang-surut sempat mewarnai pembangunan
rusun kedua. Proses pengerjaan yang sempat terhenti selama 4 bulan, memancing
warga menggelar demo agar pembangunan segera dilanjutkan. Akhir tahun 2005,
rusun kembali menjadi rumah warga. Kepuasan tampak pada diri warga dengan kelayakan
bangunan dibandingkan dengan rusun terdahulu yang dibangun dengan rangka besi.
Karakteristik Masyarakat Berkaitan Dengan Aspek Social Budaya
Politik Dan Ekonomi.
Penghuni
rumah susun Urip Sumoharjo kebanyakan adalah masyarakat golongan menengah ke bawah.
Banyak dari mereka yang berpenghasilan rendah. Seperti pedagang keliling,
karyawan, buruh, sopir, kondektur bis dan lain sebagainya. Namun juga ada yang
pegawai negeri ataupun pejabat pemerintah. Masyarakat penghuni rumah susun
biasanya lebih akrab dan lebih mengenal antara satu dengan yang lainnya. Tidak
seperti masyaakat perumahan yang dibatasi dengan dinding pagar yang tinggi,
tetapi masyarakat di sini lebih mengenal tetangganya malah kadang mereka
menganggap tetangganya itu adalah bagian dari saudara mereka.
Terdiri
dari 3 RT yang merupakan bagian dari RW 14 . Penghuni sangat bervariasi,
sebagian besar terdiri dari penghuni lama yang sudah berpuluh tahun tinggal
disana sejak belum dibangunnya rusun.
Latar belakang pendidikan penghuni rumah susun Urip Sumoharjo adalah 57 % lulusan SLTA,12% lulusan STM/SMK, 8% orang berpendidikan Diploma, 8 % Sarjana, 11% berpendidikan SMP, dan 4% berpendidikan SD. Jadi sebenarnya masyarakat rumah susun Urip Sumoharjo masih tergolong orang berpendidikan yang layak. Sedangkan jika dilihat dari segi ekonomi masyarakat umumnya berpenghasilan tidak tetap, karena hampir 50% warga adalah wiraswasta, yaitu dengan berdagang, menjahit,sopir angkot, dll. 46 % warga bekerja di bidang swasta, yakni dengan menjadi karyawan di suatu perusahaan, sales, dll. Dan 4% lainnya bekerja diinstansi pemerintahan, seperti Pegawai Negeri, Guru, dll.
Karakteristik
Data Perumahan Untuk RSS Urip Sumoharjo ini dibuat dengan model Rusun seperti
di luar negeri. Rusun tidak dibangun model blok berjejer tetapi dibuat setengah
melingkar dengan bangunan depan menghadap jalan. Blok I menghadap Jl.Urip
Sumoharjo, blok 2 menghadap Jl.Keputran Jambon dan blok 3 menghadap ke
Jl.Kedondong Unit hunian pada rusun yang baru dibuat lebih luas dari yang lama
dengan penambahan fasilitas utilitas yang lebih tertata.
1. Luas
tiap unit hunian adalah 3mx6m untuk ruang utama, ditambah dengan 2mx3m untuk
ruang service, yaitu KM/WC, dapur dan cuci/jemur.
2. Selasar
lebar 2 m dibuat berhadapan didepan sehingga orientasi unit ke luar gedung
(jalan raya).
3. Tangga
dibuat di tengah blok berukuran yang lebar(4 m) dan leluasa sebagai sarana
sirkulasi utama vertical
4.
Mengingat luasan lahan yang tersedia, maka jumlah blok yang direncanakan hanya
mampu 3 blok (115 unit untuk umum), namun dengan jumlah unit yanglebih banyak,
dengan rincian tiap bloknya sebagai berikut :
- Lantai 1 terdiri dari 22 unit hunian ditambah dengan 9 unit untuk fasilitas umum.
- Lantai 2,3 dan 4 terdiri dari 31 unit hunian.
- Fasilitas Penunjang berupa: Dapur Umum,Gudang, TPA/TK(4 unit) Koperasi, Karang Taruna, PKK
Konstruksi :
• Struktur utama memakai baja
• Tangga memakai gabungan baja dan plat beton
• Plat lantai beton, plester, namun sudah banyak yang dikeramik oleh warga sendiri
• Dinding bata, diplester dan dicat
• Tanpa plafon
• Atap asbes gelombang
Tetapi dari unit-unit di atas para masyarakat penghuni rumah susun Urip Sumoharjo ini membuat partisi sendiri di dalam rumahnya. Yaitu ruang utama dijadikan dua atau bahkan ada juga yang menjadikan tiga ruangan, antara lain ruang tidur dan ruang tamu. Sedangkan ruang tamu biasanya kalo malam dijadikan sebagai ruang tidur juga.
Karakteristik Pembiayaan Perumahannya.
Tahap I
pembangunan seluruh fisik dengan anggaran Rp 5 milyar. Sedangkan tahap II
finishing dan diperkirakan butuh anggaran Rp 4 milyar . Seluruh anggaran ini
diberikan Propinsi Jawa Timur. Pengelolaan rusun yang lama seperti di Urip
Sumoharjo tarip hunian Rp 20 ribu/bulan. Sedangkan rusun baru tarip yang
diusulkan untuk sewa masing-masing sebesar Rp 75 ribu/bulan, Rp 85 ribu/bulan
dan Rp 90 ribu/bulan. Akan tetapi pada kenyataannya tarif rumah susun (rusun)
Urip Sumoharjo besarnya Rp 104.000 per bulan.
Padahal
sudah ada kesepakatan antara Pemerintah Kota Surabaya dan warga bahwa biaya
sewa rusun besarnya Rp 60.000 per bulan. Biaya sewa rumah susun belum termasuk
dengan uang PDAM, listrik, dan keamanan. Pekerjaan penduduk penghuni rumah
susun Urip Sumoharjo antara lain adalah : sales, sopir, pegawai swasta,
pedagang, wiraswasta, kondektur, mekanik bengkel, guru, tukang becak, buruh dan
lain-lain.
Sehingga
penghasilan mereka relatif rendah maka dari itu untuk pembiayaan mereka pada
tiap rumah-rumah mereka yaitu dengan menabung sedikit-sedikit dari penghasilan
mereka tiap bulan. Jadi masyarakat rusun Urip Sumoharjo membiayai rumahnya
dengan gaji bulanan mereka bagi yang menjadi karyawan sekarang tukang becak
membiayai rumah dengan menabung sedikit demi sedikit penghasilan perharinya.
Bahkan tak kadang-kadang mereka harus menghutang karena minimnya penghasilan
mereka.
Tata Cara Memperbaiki / Perolehan Perumahannya (Berkaitan
Dengan Biaya Dan Waktu).
Sebagian
besar masyarakat rumah susun Urip Sumoharjo adalah masyarakat statis. Dalam
artian mereka lebih menjadikan rumah sebagai tempat tinggal saja. Mereka tidak
menjadikan rumahnya sebagai identitas bagi mereka. Tapi ada juga dari
masyarakat penghuni rumah susun ini yang merawat rumah dengan baik sekali.
Terbukti dari berbagai gambar-gambar mural yang ada pada dinding rumah mereka
membuktikan bahwa mereka ingin menjadikan rumahnya menjadi menarik. Dan untuk
memperbaiki rumahnya penghuni rumah susun melakukannya dengan sendiri-sendiri dalam
katagori kerusakan kecil tetapi kalo kerusakannya besar maka setidaknya mereka
harus melaporkan kepada pihak pengelola. Dua blok Rumah Susun Urip Sumoharjo
yang berdekatan menyebabkan kurangnya cahaya bagi penghuni.
Tanggapan Masyarakat Untuk Perumahannya Masa Kini Maupun Masa
Yang Akan Datang.
Masyarakat
rumah susun Urip Sumoharjo sebagian besar menganggap rumah yang mereka tempati
sekarang adalah suatu tempat hunian yang nyaman. Sehingga kebanyakan dari
mereka mereka lebih memilih tinggal di rumah susun ini selama hidup mereka
dengan anak cucu mereka. Tetapi mereka juga tidak menganjurkan bagi anak cucu
mereka untuk bertempat di rumah susun ini. Mereka lebih membebaskan anak cucu
mereka menentukan tempat hidup mereka sendiri sesuai dengan kemampuan mereka
sendiri.
Tanggapan Masyarakat Dengan Lingkungan Sekitar
Rumah susun
Urip Sumoharjo berada di perkampungan padat penduduk di tengah kota surabaya.
Maka dari itu banyak sekali efek yang ditimbulkan dari lingkungan sekitar
terhadap rumah susun itu. Tanggapan sebagian besar masyarakat rumah susun
mereka sudah merasa terbiasa dengan kebisingan kendaraan bermotor dan lain
sebagainya. Jadi efek lingkungan ini tidak terlalu berpengaruh besar terhadap
para penghuni rumah susun Urip Sumoharjo dalam melakukan segala aktifitasnya.
Walaupun lingkungan sekitar rusun ini adalah bangunan-bangunan tinggi yang
cenderung berkaca, tetapi menurut mereka itupun tidak menjadikan masa
didalamnya. Dalam Rumah Susun, yang perencanaanya matang, kebiasaan-kebiasaan
masyarakat yang merupakan latar belakang kehidupannya, sengaja diantisipasi
semaksimal mungkin dan selanjutnya dituangkan
kedalam tatanan dan kelengkapan ruangruangdidalam bangunan bertingkat tersebut.
Jelaslah bahwa “Ruang Bersama” yang keberadaannya, tidak formal tersebut, besar
menfaatnya bagi warga kampung, yang antara lain :
kedalam tatanan dan kelengkapan ruangruangdidalam bangunan bertingkat tersebut.
Jelaslah bahwa “Ruang Bersama” yang keberadaannya, tidak formal tersebut, besar
menfaatnya bagi warga kampung, yang antara lain :
* Tempat bersosialisasi antar warga (bernilai sosial ).
* Tempat berjualan warga (bernilai ekonomi).
* Tempat melangsungkan kebiasaan/tradisi setiap warga (bernilai budaya).
Suasana
guyub lebih terasa lagi, bila salah satu penghuni memiliki hajat atau menerima
pesanan makanan untuk kepentingan pesta, maka hampir seluruh penghuni dalam
lantai tersebut akan membantu dengan sukarela; dan berlangsung dalam Ruang
Bersama yang terdekat.
Tanggapan Masyarakat Terhadap Fasilitas Umum Di Lingkungan
Perumahannya.
Rumah susun
Urip Sumoharjo memiliki fasilitas untuk memberikan kenyaman bagi para penghuni
rusun. Fasilitas-fasilitas itu antara lain :
Mushola dan TPA
Balai RW
Ruang serbaguna
Pos Jaga
Ruang Karang Taruna
Parkir motor dan mobil yang dikelola oleh Karang Taruna.
Utilitas :
• Air bersih dan sumur bor
• Meter air di tiap unit
• Listrik 450 watt untuk tiap unit dengan meter listrik di tiap unit
• KM dan WC di tiap unit
Dan dari hasil analisa kami berdasarkan hasil survei dari 60% responden merasa puas dengan fasilitas umum yang ada di rumah susun Urip Sumoharjo sedangkan 4% responden merasa tidak puas dengan fasilitas yang ada. Sejumlah warung yang pernah berdiri tak jauh dari kompleks rumah susun (rusun) Urip Sumoharjo, dan dianggap bermasalah lantaran berdiri diatas lahan fasilitas umum tersebut, kini ‘disulap’ menjadi sentra pujasera. Sekurangnya 15 kios, yang merupakan bangunan semi permanen terbuat dari triplek dan kayu, dilokasi kawasan Jl. Urip Sumoharjo itu terpaksa dirobohkan. Sekurangnya 30 unit stand, rencananya dibangun digunakan sebagai sarana memperkenalkan aneka jajanan dan makanan khas Suroboyoan. Satu lagi jujugan untuk melengkapi selera kuliner ditampilkan di sudut kota Surabaya.
Kesimpulan
Masyarakat
berpenghasilan rendah seperti kebanyakan di rumah susun lebih menempatkan
pemilihan lokasi dekat lapangan kerja sebagai preferensi utamanya, kemudian
menyusul kejelasan status pemilikan dan yang terakhir barulah penyediaan
fasilitas sosial dan kenyamanan. Hal ini bertolak belakang dengan kelompok
berpenghasilan tinggi yang menempatkan prioritasnya : kenyamanan dan
tersedianya fasilitas sosial , baru kemudian status kepemilikan dan terakhir
lokasi dekat lapangan kerja. Dari beberapa analisa di atas kami dapat
menyimpulkan bahwa penghuni rumah susun Urip Sumoharjo sebagian besar
berpendidikan tinggi . mengingat sulitnya lapangan kerja membuat mereka menjadi
soerang pekerja wiraswasta yang tidak memiliki penghasilan menetap. Penghasilan
mereka yang kurang menjadikan mereka mencari suatu hunian yang nyaman, aman
dengan harga terjangkau, sehingga pilihan pun jatuh pada Rumah susun Urip
Sumoharjo in yang kebetulan berada di pusat kota. Mereka masih ingin bertempat
di rusun itu sepanjang hidup mereka. Walaupun mereka juga tidak menganjurkan
bagi anak cucu mereka untuk bertempat di rusun itu.
Status
sosial masyarakat penghuni rusun Urip Sumoharjo adalah golongan menengah ke
bawah, yaitu mulai penarik becak sampai pegawai negeri sipil. Akan tetapi dari
hasil survei mereka merasa nyaman untuk tinggal di rusun itu. Dan mereka merasa
puas dengan fasilitas-fasilitas yang ada di rumah susun itu.
Saran
Dari hasil pengamatan kami, kami merasa masih banyak sekali kekuarangan yang ada di rumah susun ini, antara lain kebersihan dari barang-barang yang tidak tertata dengan baik cenderung menjadikan rumah susun ini terkesan kumuh. Maka dari itu sangat dibutuhkan sebuah rancangan bangunan yang memperhatikan kebersihan sehingga penghuni dapat sadar sendiri membersihkan rumahnya tampa harus di suruh oleh pengelola. Dan penambahan fasilitas yang dapat menambah kenyaman penghuni rusun.
Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat, melalui strategi:
1. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (primer dan sekunder), meliputi
(a)
Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan perijinan, sertifikasi
hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian
ulang peraturan terkait;
(b)
Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF (Secondary Mortgage Facilities), biro
kedit, asuransi kredit, lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan lembaga sita
jaminan.
2.
Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat,
meliputi
(a)
Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok masyarakat (P2BPK);
(b)Pengembangan
dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat;
(c)Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta
(d)Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.
(c)Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta
(d)Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.
3.
Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk
subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan
permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut.
4. Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi
(a) Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan
usaha dan hidup produktif;
4. Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi
(a) Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan
usaha dan hidup produktif;
(b)
Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha
bagi keluarga miskin, serta
(c) Pelatihan
teknologi tepat guna, pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.
Itu tadi beberapa informasi yang dapat kami
berikan dari berbagai sumber dan pengamatan kami langsung di Rumah Susun Urip
Sumoharjo, Surabaya . Semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca .mohon kritikan
dan saran yang membangun untuk kami , sehingga dalam penulisan berikutnya dapat
lebih baik lagi. Sekian Terimakasih ,
wassalam .
Rombongan KKL sedang menuju rusun Urip |
Kami bersama pak Johan Sillas |
Kami bersama pak Wahyu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar